Peradaban Romansa
By: Laila Hikmah
Sumber gambar: pinterest
Manusia diciptakan dengan naluri perasaan yang isinya kompleks, tajam tapi kadang-kadang juga sulit dijelaskan alurnya. Naluri itu membuat banyak kerumitan-kerumitan sehari-hari jauh di setiap diri pemiliknya. Tak kasat mata. Jelas dirasa. Cinta, kasih sayang, perlindungan dan sisi kelembutan serta segala pelik kerumitan yang meliputinya. Menjadikan sejarah kelahiran manusia di muka bumi bisa mungkin berasal dari sana. Kisah Adam dan Hawa, Romeo dan Juliet, juga lebih banyak peradaban romansa lain. Kekal dan banyak dikenang di seluruh nafas perjalanan cinta setiap pasang insan di dunia. Sejatinya setiap manusia memiliki peradaban romansanya sendiri, klimaks, plot twist dan ending masing-masing yang tidak sama satu dengan yang lain.
Kisah Adam dan Hawa terselip di banyak kitab-kitab suci umat beragama ibrahimiah; Islam, Kristen dan Yahudi. Menjadi pembelajaran fundamental tentang konsekuensi pelanggaran kepada Tuhan. Pengusiran dari surga. Keterlibatan pihak ketiga bernama Iblis yang memprovokasi pelanggaran keduanya.
“Kenapa yang menjadi kesalahan Adam dan Hawa atas pelanggaran itu, padahal terjadi atas pengaruh Iblis?”
“Setiap romansa hanya diisi oleh dua orang yang saling mempercayai. Asal kamu tahu saja, iblis hanya menggoda dengan berbagai cara yang dia punya. Asal kamu tahu saja, keputusan memilih untuk melakukannya atau tidak terletak pada Adam dan Hawa. Itu berarti dalam hal pelanggaran apapun di muka bumi ini, itu terjadi karena manusia memilih melakukannya. Iblis hanya menyelipkan bisikan di telinga. Misalnya saja ketika kamu hendak melakukan pelanggaran mencuri, mungkin tidak ada terlintas dalam benakmu akan hal itu. Iblis meniupkan bisikannya padamu hingga sampai pada keinginanmu mencuri itu muncul ke permukaan. Apakah kamu akan melakukannya atau tidak? Jika iya, itu keputusanmu. Jika tidak, itu juga keputusanmu. Pembelajarannya ada pada kekuatanmu teguh memegang prinsip, mencuri itu pelanggaran.”
Kisah romansa Adam dan Hawa tercatat sebagai skenario Tuhan atas penciptaan manusia di bumi. Perjalanan Adam dan Hawa lalu menimbulkan banyak spekulasi, kontroversi, dan sanggahan-sanggahan di perdebatan meja ulama pemuka agama. Namun tetap saja, yang menjalani romansa itu Adam dan Hawa bukan para ulama pemuka agama. Biarlah itu menjadi urusan keduanya, urusan kepada Tuhan yang menciptakannya. Kemudian, karena Adam dan Hawa diturunkan dari surga menjadi titik sejarah hidup manusia di muka bumi dan juga kelahiran romansa-romansa baru setiap detiknya.
“Kamu mau menceritakan Romeo dan Juliet, katanya kisah mereka berakhir tragis?”
“Ya, keduanya mati bunuh diri.”
Tidak perlu cemas hati, Romeo dan Juliet tidak ada di dunia nyata karena mereka hanya karya fiksi yang ditulis oleh seorang penulis bernama William Shakespeare. Cerita Romeo dan Juliet melegenda berasal dari sebuah kota di Italia yaitu Verona. Ngomong-ngomong itu nama kota yang cantik. Sebenarnya pada awal bertemu Romeo malah sedang mencari orang yang dicintainya – sebelum Juliet, namanya Rossaline. Romeo bertemu Juliet alih-alih Rossaline, Romeo jatuh cinta. Keduanya bertemu di pesta keluarga Capulet pada saat Romeo menyelinap ke sana untuk bertemu Rossaline.
“Jatuh cinta semudah seperti itu saja, sekali pandang langsung jatuh cinta?”
“Hei, mereka belum saling tahu identitas masing-masing. Tragedi dimulai ketika ternyata mereka berasal dari keluarga yang saling bertikai. Romeo dan Juliet melakukan pernikahan rahasia, berharap penyatuan romansa dapat mengakhiri konflik keluarga lalu hidup berdampingan dengan damai. Tapi tidak semudah ketika jatuh cinta sekali pandang. Pernikahan itu ditentang sepupu Juliet, Tybalt yang menantang Romeo untuk berduel. Namun yang melakukan perkelahian dengan Tybalt justru Marcutio, teman setia Romeo. Dan Marcutio terbunuh.”
Romeo tidak akan menyangka akhir akan seperti ini, maka demi teman setianya yang mati ia menuntut dendam kepada Tybalt dan membunuhnya. Rentetan kematian diketahui Pangeran Verona. Romeo dihukum dan diasingkan dari kota untuk menjauhi Juliet. Sehingga Juliet bisa dijodohkan keluarganya dengan Count Paris. Tentu saja Juliet tidak mau. Juliet menghindari pernikahan paksa dengan meminum ramuan agar ia tertidur dan terlihat mati selama jarum jam bergerak sampai angka ke-empat puluh dua kali. Friar Laurence, biarawan dan kepercayaan Juliet sang pemberi pesan agar Romeo menjemputnya sebelum ia dimakamkan. Naasnya pesan itu tidak pernah sampai kepada Romeo, kabar yang sampai justru tentang kematian. Romeo putus asa, kembali ke Verona menemui jasad Juliet. Rasa sedih yang teramat sangat membuat Romeo meminum racun dan mati di samping tubuh kekasihnya. Ketika Juliet terbangun ia mendapati Romeo telah mati. Berpikir tidak akan bisa hidup tanpa Romeo, Juliet bunuh diri menggunakan belati yang terselip di pinggang Romeo.
“Aku tidak akan menyangka kisah mereka akan serumit itu.”
“Ketika cinta tanpa logika membutakan banyak hal, menciptakan kerumitan yang benar-benar rumit. Menabrakkan kekeluargaan menjadi tumpah darah lalu menjadi akhir yang tragis. Romeo dan Juliet menjadi representasi betatapun murninya naluri cinta yang tumbuh bisa berubah luka ketika ia berasal dari tanah yang dipenuhi kebencian. Keputusan yang terlalu cepat, cinta yang dipaksa berlari tanpa peta dan komunikasi yang utuh juga tanpa bimbingan yang bijaksana. Menurutku, dua sejoli ini sangat kasihan karena mereka harus menanggung akibat dari konflik yang tidak mereka ciptakan. Kamu lihat bukan, keputusan-keputusan mereka lahir dari emosi sesaat, menutup ruang akal sehat sampai-sampai naluri yang tumbuh secara murni pun menjelma menjadi tragedi.”
Peradaban romansa terus terlahir sepanjang kehidupan manusia masih berlangsung. Berbagai kerumitan, kejadian luar biasa yang meliputinya. Dibalik itu juga sejuta pembelajaran bagi manusia lain akan terus ada. Lebih banyak lagi kisah-kisah romansa terkenal karena klimaks yang tidak terduga, lahir dari perbedaan atau perjalanan yang tiada berakhir.
“Bagimana dengan kisah kita, akankah terlahir sebagai bagian dari peradaban romansa?”
“Hei, kita hanya khayal bagi tuan yang sedang berimajinasi. Tidak punya wujud dan rupa, hanya percakapan tanpa nama. Barangkali yang menyapa kita sampai di akhir ini akan punya kisah romansa yang unik. Sungguh aku ingin tahu bagaimana rasanya jika kita mencicip satu titik bagian peradaban romansa.”
END.
0 Komentar