Tambakromo – Mbah Supeni, perempuan sederhana yang hidup di sudut Dukuh Gading, Desa Tambahagung. Usianya yang memasuki angka ke- 65 sembari merawat suami disabilitas tuna netra dan sudah berusia lanjut, Mbah Supeni tetap memilih untuk berdiri teguh dan tidak menyerah pada keadaan hidup yang tidak mudah.
Sejak tahun 1987, Mbah Supeni merintis rumah produksi kecil berupa usaha kerupuk. Berawal dari keresahan ekonomi yang mengalami pasang surut dan kebutuhan keluarga yang semakin mendesak, Mbah Supeni dan suami sepakat membangun rumah produksi kerupuk. Dari sanalah perjalanan tekad Mbah Supeni dimulai.
Pada masa awal berdiri, Mbah Supeni mampu memproduksi kerupuk sebanyak 10-15 kg per-hari. Namun, seiring bertambahnya usia dan tanpa ada tenaga bantuan, kini produksinya hanya sekitar 2-3 kilogram saja.
”Wong sudah tua, tidak ada yang bantu. Apalagi ada kakek di rumah, kasihan kalau ditingal-tinggal terus,” tuturnya dengan senyum sederhana.
Menghadapi segala keterbatasan dan hambatan usaha, filosofi hidup yang ia pegang cukup klasik dan sederhana.
Baginya, rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, “usaha yang kita lakukan hanya sebatas yang kita mampu. Saingan pasti ada, dari segi kualitas maupun harga, tapi saya percaya rezeki Allah bisa datang dari mana saja, asalkan kita berusaha,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Setiap hari, rutinitasnya dijalani dengan sabar. Pukul sembilan pagi, ia mulai mengolah adonan kerupuk dengan bumbu sederhana dari bawang putih, ketumbar, dan garam yang diaduk bersama tepung. Setelah dikukus, diiris, dan dijemur, kerupuk-kerupuk yang sudah kering segera digoreng.
“Alhamdulillah, meski kecil-kecilan, kebutuhan keluarga sehari-hari masih bisa tercukupi dari kerupuk ini,” kata Mbah Supeni sembari mengemas kerupuk dengan plastik.
Selanjutnya, pendistribusian produk akan dijual besok pagi di pasar rakyat. Selain dijual di pasar rakyat, kerupuk Mbah Supeni juga kerap dibeli masyarakat setempat sebagai kebutuhan acara.
Meski usahanya tidak memiliki label, tidak ada karyawan, dan tidak pernah berkembang menjadi skala besar, semangat Mbah Supeni adalah warisan berharga bagi masyarakat.
Kisah hidupnya bukan hanya tentang usaha kerupuk, melainkan tentang ketekunan, kesabaran, dan keyakinan pada Tuhan.(KKN Antasena)
0 Komentar