Aku tak lagi menunggumu di ujung malam, sebab yang kutunggu tak pernah datang. Kupadamkan harap yang dulu nyala, dan kubiarkan luka itu sembuh dengan caranya.
Ada rindu yang masih sesekali bernafas, tapi kini kutahu cara menutup jendela kenangan saat anginmu datang deras. Kupeluk diriku lebih erat dari dulu, karena akhirnya kusadar bukan kamu yang perlu tapi aku.
Dulu, aku menari di lingkaran abu-abu, mencari makna dalam kata 'kita' yang tak pernah utuh. Kini, aku menulis bab baru tanpa namamu, dengan huruf-huruf yang tak lagi patah oleh 'kalau saja' dan 'seandainya itu kamu.'
Aku mulai menyukai hari-hariku tanpa ada pesan darimu, karena sunyi yang jujur lebih baik dari perhatian semu. Kupelajari cara mencintai tanpa menggenggam, dan menyayangi tanpa harus bertanya, "aku ini siapa dalam hidupmu, sebenarnya?"
Kau pernah jadi puisi yang membuatku hidup, tapi juga jadi hujan yang membuatku tenggelam dalam pilu yang lirih. Kini kutulis puisi untuk diriku sendiri, tentang cinta yang tak lagi meminta dibalas untuk bisa berarti.
Kupulihkan diriku bukan untuk kau lihat dan sesali, tapi karena aku pantas utuh, meski tanpamu di sisi. Dan jika kelak kau mengingatku di sela sepi, biarlah hanya jadi kenangan dari seseorang yang pernah kau miliki setengah hati.
ilyamarifaa
0 Komentar