Di sini saya bukan sebagai pendukung marxis, saya bukan komunis, juga bukan kapitalis. Saya justru bentrok dengan ajaran marxis, komunis, Leninis, dan Stalinisme. Kesemuanya itu adalah iming-iming kotor. Saya menamakannya kaum munafik. Bagaimana tidak? Komunis sama kejamnya dengan kaum fasisme di Jerman, Itali, dan Jepang. Sama-sama menjanjikan kebebasan bagi pengikutnya yang didominasi kaum buruh. Menjanjikan peningkatan kekayaan dan kesejahteraan dari kaum buruh. Marx berkata “Marxis adalah ajaran untuk meninggalkan kepemilikan pribadi alat produksi”. Bagi komunis, harus ada revolusi sosial secara skala besar untuk menumbangkan pemilik alat-alat produksi.
Saya sangat tidak setuju, sangat-sangat tidak setuju. Mereka melakukan penganjuran pengganyangan pemilik modal dan alat produksi. Itu adalah anjuran untuk melakukan pembantaian/ pembunuhan kepada kaum borjuis, kaum yang memiliki pabrik-pabrik, kaum yang memiliki tanah dan ladang yang digarap oleh kaum buruh, serta dikerjakan oleh kaum buruh. Revolusi itu dibarengi dengan pembantaian dan pembunuhan oleh sekelompok kaum komunis yang sudah sesat pikir dan buta arah dalam memahami sebuah ideologi. Bahkan Marx mengatakan,bahwa revolusi untuk menggulingkan kekuasaan pemerintah harus terjadi. Sebab pemerintah adalah pendukung kapitalisme yang disebut kapitalisme negara.
Itu sungguh naif dan amat dangkal. Bagaimana bisa, seorang pemikir sosial seperti Marx menganjurkan hal seperti itu. Itulah kegagalan teori marxisme, kegagalan dan kesalahan komunisme. Marx menambahkan, bahwa kaum proletar harus menduduki tampuk kekuasaan dan membuat manusia-manusia baru berpaham sosialis, sosialis di sini adalah marxisme, istilahnya universal adalah komunisme. Itu adalah kepicikan dan ketimpangan yang salah dari komunisme. Mereka menganggap dogma-dogma lain dari isme-isme yang ada adalah salah, yang benar hanya marxisme-komunisme. Teori itu lalu disanggah oleh Hayek, bahwa pengambilan alat-alat produksi dan tanah secara paksa dari seseorang adalah perampasan. Perjuangan revolusi kaum proletar untuk menduduki pemerintahan adalah pemberontakan. Itu yang dikatakan Hayek untuk menentang komunisme. Saya sungguh sangat setuju dengan apa yang dikatakan Hayek. Hayek juga menambahkan “kalau semua buruh meminta kesejahteraan meningkat terus menerus, maka mereka akan menjadi kaya tanpa bekerja”. Suatu kepentingan kelompok yang mengabaikan kepentingan umum tanpa pernah melihat keadaan realisme sosial yang ada.
Tokoh-tokoh komunisme universal telah menunjukkan kebiadaban mereka. Lenin dengan partai komunismenya menggulingkan kekuasaan Tsar Rusia, membunuh Tsar dan membunuhi juga keluarga serta anak-anaknya. Hal-hal yang berkaitan dengan Tsar dibumihanguskan, dilenyapkan dari dunia ini. Kaum intelektual, buruh, dan semua rakyat diprovokasi oleh Lenin untuk melakukan penyerangan dan anarkis di jalan-jalan, membuat terror berkepanjangan. Buku-buku selain buku marxisme, harus dibumihanguskan. Media-media yang kontradiksi dengan komunisme dibredel dan ditutup. Siapa saja yang menjadi lawan politik baik itu politikus atau kaum masyarakat akan dibunuhi satu persatu oleh partai komunis. Itu berlanjut mulai dari Lenin menduduki kursi pemerintahan sebagai pemimpin revolusioner Uni Soviet, kemudian diteruskan oleh Stalin. Bahkan Stalin lebih ngeri lagi, siapa saja yang menjadi lawan politiknya, akan dihabisi sampai mati.
Melalui Uni Soviet, paham komunisme menjadi universal. Paham-paham komunis ditulis oleh para teoritikus pemimpin Uni Soviet, seperti Lenin, Stalin, Torstky. Yang membawa masuk paham komunisme ke Indonesia juga Sneevliet, yang menjadi guru dari Semaoen. Semaoen adalah pentolan dari SI yang kemudian memecah belah SI menjadi dua, SI merah dan SI masyumi. Semaoen sebagai pemimpin SI merah memegang erat paham komunisme dengan terus melakukan propaganda kepada kaum buruh, nelayan, petani di Semarang.
Bagi komunisme, manusia harus sama rasa-sama rata. Saya rasa tidak ada di dunia ini yang sama rasa-sama rata. Manusia memiliki wujud keberhasilan materiil dari usaha dan kerja kerasnya sendiri-sendiri. Pemilik usaha rokok, dapat memiliki materiil yang lebih banyak dan kesejahteraat di atas rata-rata karena mereka berani berusaha dan bekerja keras melalui nol, memulai dari bawah bisnisnya. Pemiliki tanah, dia memiliki materiil yang lebih dari manusia lainnya karena dia bekerja keras, kemudian uangnya digunakan untuk membeli tanah. Pekerja atau buruh adalah mereka yang dipekerjakan. Kebanyakan mereka adalah didikan sekolah rendah, sehingga pekerjaan yang mereka dapatkan hanya sebatas pada kemampuan ketrampilan mereka yang juga terbatas. Kaum proletar bukan kaum intelektual yang dapat memfilter dogma-dogma baru yang masuk. Mereka mudah dipropaganda dan dijadikan bidak mobilisasi oleh pihak-pihak komunis.
Seperti kejadian PKI yang ada di Indonesia, mereka sangat membenci kaum agamawan. Bagi PKI, agama menganjurkan hidup pasrah, tabah, bersyukur dan tidak serakah dalam duniawi. Itu ajaran yang bertentangan dengan PKI yang harus setiap orang memiliki alat-alat produksi, memiliki lahan, merebut dan menggulingkan kekuasaan. PKI ingin menyeragamkan semua manusia menjadi komunis. Sehingga pernah suatu kejadian di Jawa Timur, di Kediri, PKI membantai dan membumihanguskan santri, pondok, dan kitab di pesantren tersebut. Menimbulkan amarah kaum santri yang memutuskan untuk berperang dan membantu pemerintah menghapuskan PKI dari Indonesia. Kematian Amir Hamzah, penyair Riau, Indragiri, adalah bukti kekejaman PKI. PKI menghendaki pemerintahan yang berbau feodalisme harus dimusnahkan, dengan membantai keluarga feodal. Amir Hamzah mati terpenggal oleh pengawalnya sendiri.
PKI berusaha menggulingkan Pancasila dan demokrasi terpimpin. Pancasila diganti dengan ajaran-ajaran Marxis. Sungguh suatu revolusi yang serakah dan begitu ngotot. Dan kita bersyukur, Pancasila masih bertahan langgeng sampai sekarang. Jika kita menjadi komunis, maka akan terjadi banyak kediktatoran dan militarianisme yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Nasution pun membentuk Pemuda Pancasila untuk membasmi PKI dari Indonesia. Kaum santri dan pemerintah berusaha menegakkan dan menjaga keutuhan Pancasila untuk menjadi manusia yang humanisme. Percayalah, bahwa Pancasila dengan pancasilaisme sebagai pendukungnya adalah dogma dan pedoman kehidupan yang sangat sesuai dengan etnografis dan dinamika zaman di Indonesia.
Pati, 7 Mei 2024
Biodata penulis:
Muhammad Lutfi, kelahiran Pati, 15 Oktober 1997. Alumnus UNS dan UNNES. Buku: Elegi, Lorong, Asuh, Berlayar, Pelaut, Bunga Dalam Air, Sastra Mistik, Pengkajian Puisi, Sastra Profetik, Kritik Sastra dan Aplikasinya pada Puisi Chairil Anwar.
0 Komentar