Puasa Sekedar Rebahan? Rugi dong!

 


“Puasa masih rebahan? cuma gitu gitu saja? rugi dong”. Celetuk beberapa teman karib saya saat jagongan. Menurut saya rebahan itu mengandung banyak motif, ada yang murni malas, sakit, dan istirahat melepas penat. Memang tidak ada salahnya rebahan di bulan Ramadhan, apalagi jika diniatkan untuk mengindari dari stalking mantan yang kian hari makin menawan. Namun apa tidak rugi jika moment Ramadhan yang mana semua ibadah dilipat gandakan hanya diisi dengan rebahan.


Puasa bukanlah alasan untuk bermalas-malasan, sebaliknya puasa harus menjadi motivasi untuk meningkatkan produktivitas dan etos kerja. Dalam berpuasa, kita diharuskan untuk menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu, yang tentunya membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kedisiplinan yang tinggi. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.


Rebahan?

Meningkatnya harga sandang, pangan dan papan selama bulan puasa  menuntut tambahan biaya yang tidak sedikit. Rating pengeluaran rumah tangga atau personal semakin hari kian meningkat. Aneka kebutuhan seperti jajan lebaran, buah, bumbu masak, beras, gas, daging ayam, baju lebaran. Bahkan ada juga yang rela menambah budget skincare agar tampak glowing saat lebaran menjadi tuntutan tersendiri. Bukan kah begitu? rugi dong jika seseorang hanya sekedar rebahan tanpa tujuan.


Rebahan merupakan istilah yang merujuk pada posisi tubuh seseorang dalam keadaan berbaring dengan nyaman. Istilah untuk menyatakan aktivitas santai, namun dalam konteks yang lebih luas “rebahan” dapat merujuk pada gaya hidup atau perilaku di mana seseorang menghabiskan banyak waktu untuk beristirahat tanpa melakukan aktivitas yang produktif.


Puasa kok rebahan, fenomena ini muncul di tengah celetukan kaum kaum milenial yang saling menyindir satu sama lain. Sebenarnya puasa tapi rebahan dalam praktiknya adalah menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk berbaring tanpa melakukan ativitas  fisik atau spiritual yang signifikan. Oleh karena itu, tidur, scroll tik tok, dan yang berkaitan dengan media social tanpa adanya kepentingan atau gabut menjadi aktivitas utama yang dilakukan untuk menghindari lapar dan dahaga.


Seperti yang kita ketahui, bulan Ramadhan adalah bulan mulia. Sepuluh hari pertama merupakan rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh hari ketiganya terbebas dari api neraka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syuʽabul Iman dan juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Sahih ibn Khuzaimah.

أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

Artinya, “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka.” 


Berbagai keutamaan yang Allah SWT berikan pada bulan ramdhan dapat menjadi kesempatan bagi muslim untuk memahami bahwa puasa tidak hanya tentang menahan diri dari makan dan minum. Justru puasa menjadi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran baik itu spiritual, sosial, kebaikan, dan koneksi dengan Allah SWT. Saat kita memahami makna puasa maka seharusnya momen puasa diisi dengan penuh semangat, bukannya bermalasan dengan cenderung rebahan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.


Puasa Meningkatkan Etos kerja 

Apabila kita melihat sejarah Rosulullah SAW dan para sahabatnya pada peristiwa perang badar yang menjadi suatu peristiwa luar biasa. Jumlah umat islam dibanding Kafir Quraisy saat itu, sangat tidak seimbang antara tiga ratus orang melawan hampir seribu orang Kafir Quraisy. Belum lagi dengan kondisi padang pasir yang begitu panasnya, tetapi umat islam dapat memenangkan perang itu dengan begitu gemilang. Sementara pada waktu itu mereka sedang melaksanakan ibadah puasa ramadhan.


Secara rasional kita akan berfikir bahwa puasa akan dapat melemahkan fisik dan menguras tenaga. Namun karena spirit (semangat) yang membara dan menggunakan tenaga untuk berjihad sehingga puasa yang dilaksanakan menjadi sebuah pendorong yang kuat dalam berperang untuk mencapai kemenangan.


Bercermin dari sejarah di atas ternyata puasa bukanlah menjadi suatu alasan bagi umat islam untuk mengurangi etos kerjanya dibandingkan dengan hari hari biasa di luar Ramadhan. Puasa justru menjadi sarana bagi seseorang untuk meningkatan etos kerja. Diantara spirit dalam ibadah puasa berkaitan dengan etos kerja adalah:

1. Munculnya hubungan spiritual yang erat manusia terhadap Allah SWT, yang menjadikan manusia bersungguh-sungguh dalam peningkatan produktivitas kerja pada bulan Ramadhan.

2. Menjadi manusia yang menjaga hubungan harmonis, selaras dan serasi dengan relasi kerjanya, baik antara bawahan dengan atasan, maupun antar institusi.

3. Melahirkan manusia untuk menempuh cara-cara yang “halal” baik dalam menjalani suatu pekerjaan, maupun dalam proses mencari pekerjaan.

4. Melahirkan manusia pada level saling menghormati, toleransi dan menyayangi antar makhluk sebagai pencipta dari.

5. Meningkatnya profesionalisme dalam setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.


Tips Meningkatkan Etos Kerja

Berikut tips untuk meningkatkan etos kerja dan produktivitas bekerja saat berpuasa bulan Ramadhan, antara lain yaitu:


1. Bersyukur atas pekerjaan yang dimiliki, sehingga merasa tenang dalam kehidupan dan akan bekerja dari dalam hati.

2. Menjaga dan mengatur waktu dengan baik saat berpuasa, karena harus membaginya antara bekerja, beribadah, dan beristirahat.

3. Menjaga kesehatan tubuh dan pikiran etika kita berpuasa, sehingga tubuh tetap sehat, kualitas dan kuantitas pekerjaan kita akan tetap terjaga.


Sebenarnya puasa tapi rebahan dalam praktiknya adalah menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk berbaring tanpa melakukan ativitas  fisik atau spiritual yang signifikan. Sementara bekerja adalah sebuah amalan yang dianjurkan dalam agama islam. Allah SWT menganjurkan kita untuk bekerja keras dan berusaha mencari rizki yang halal dengan sungguh sungguh. 

Saat bekerja seseorang harus selalu menjaga etos kerja dan meningkatkan produktivitas agar dapat mencapai kesuksesan baik di dunia maupun akhirat termasuk saat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan. Jadi tidak ada alasan untuk sekedar rebahan tanpa adanya aktivitas yang bermanfaat di bulan yang mulia ini, yakin mau rebahan terus? Apa tidak rugi

Hikmah Lailatul Kamalia 


0 Komentar