Tragedi Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa, Ada Masalah Apa?

 



Seperti yang dilansir dari berbagai media akhir akhir ini. Banyak sekali terjadi fenomena bundir atau bunuh diri. Pada awal bulan Oktober tahun 2023 kita digemparkankan dengan maraknya kasus bunuh diri di dunia pendidikan, beberapa kasus bunuh diri yang menimpa mahasiswi Semarang ini menandakan bahwa dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kuliah itu tak hanya sebatas mengejar indeks prestasi kumulatif (IPK) dan harus menjaga nilai agar tetap stabil tetapi juga menjaga kesehatan mental dan psikis kita agar tidak mudah salah dalam mengambil setiap tindakan dan keputusan.


Peristiwa serupa juga menimpa NJW (20 tahun), salah satu mahasiswi dari universitas negeri di Semarang yang dikabarkan meninggal dunia di Mall Paragon, Kota Semarang, jawa tengah, Selasa (10/10/2023) sekira pukul 17.30 WIB. Mahasiswa itu diduga bunuh diri setelah jasadnya ditemukan terkapar tak bernyawa dan diduga melompat dari gedung lantai empat Mall Paragon. Dari proses penyidikan bahwa dugaan awal penyebab bunuh diri ini adalah disebabkan karena korban mengalami depresi dan banyaknya tekanan, hal ini semakin diyakinkan setelah ditemukannya surat wasiat di dalam tas milik korban yang masih tersangkut di lantai empat area parkir Mall Paragon.


Setelah peristiwa meningalnya mahasiswi UNNES, lagi-lagi publik dikejutkan dengan mahasiswi salah satu perguruan tinggi swata di semarang jawa Tengah yang ditemukan tewas di kamar kos di wilayah Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah pada rabu (11/10/2023). Bahkan bulan Desember ini terjadi Mahasiswi UB yang bundir saat ujian akhir semester.


Jika ditinjau dari agama dan kesehatan mental. Kasus bunuh diri dikalangan mahasiswa ini menunjukkan akan pentingnya Healty Life yaitu hidup atas dasar agama dan pengamalan secara sehat. Baik secara pikiran, mental dan hubungan sosial sebagaimana berikut:
Pertama, Meaning yaitu bagaimana seseorang mampu mengetahui dan sadar akan kehidupannya di dunia. Hidup dengan lebih bermakna sehingga setiap kegagalan tidak menjadikan malapetaka yang membahayakan diri dan orang sekitar tapi menjadi proses pembelajaran.


Tokoh Frankl menyatakan bahwa setiap makna kehidupan memang merupakan hasil dari tiap-tiap persepsi individu. Setiap manusia bahkan setiap momen sekecil apapun itu akan dapat memiliki makna hidup yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki tujuannya masing-masing dalam ranah kehidupan. Sehingga batas makna kehidupan yang dihasilkan pun juga berbeda. Tergantung dari individu itu sendiri dan dengan segala kejadian yang dirasakan akan menghasilkan makna sendiri-sendiri.


Kedua, Value yaitu nilai atau kepercayaan yang dianut dalam menjalani hidup sehari-hari. Nilai-nilai tersebutlah yang menjadi tuntunan dalam bersikap dan mengambil keputusan. Tidak hanya itu, nilai-nilai pun menentukan bagaimana cara berinteraksi di lingkungan sosial termasuk di dunia pekerjaan. Dalam berinteraksi, value ini berkaitan dengan bagaimana kamu bertindak dan memperlakukan orang lain. Biasanya, tindakan yang kita lakukan dan hasilnya sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini, dengan begitu kamu akan mendapatkan kepuasan dan merasa lebih bahagia.



Ketiga, Connecting yaitu menyadari hubungan kita dengan orang lain. Karena setiap orang memiliki masalah dan beban dalam hidup yang berbeda-beda, teruntuk para mahasiswa yang memang terasa berat masalah yang kamu alami, ceritalah kepada sahabatmu ,ceritalah kepada keluargamu atau kepada siapapun yang kamu temui meskipun tak hilang masalahmu, tak berkurang beban hidupmu setidaknya jangan pernah memendam sendiri masalahmu, jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupmu. Ingatlah hal-hal kecil yang tetap membuatmu tetap semangat.


Keempat, Becoming yaitu merefleksikan hidup untuk arah yang lebih baik. Bagi kehidupan manusia, becoming adalah proses pencarian diri yang tak pernah berhenti. Sementara dalam ilmu tasawwuf becoming merupakan proses muhasabatun nafsi, mengevaluasi diri.


Evaluasi diri dilakukan sebagai bahan perbaikan terhadap apa saja yang sudah kita lakukan, dalam beraktivitas secara hablum minallah maupun secara hablum minannas. Hasil muhasabah tersebut kemudian dirumuskan dan ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang telah kita lakukan.


Evaluasi dan tindak lanjut dari evaluasi tersebut merupakan proses yang harus dilakukan seseorang terus menerus. Kaum muslim dituntut untuk selalu lebih baik dari hari ke hari, agar tidak tergolong orang yang merugi. Kita tidak boleh merasa bosan untuk selalu melakukan perbaikan, karena Allah Swt tidak hanya menilai hasil akhir dari amal seseorang, melainkan juga dari proses sejak upaya tersebut dilakukan.


Itulah beberapa poin Healty life yang dapat kita fahami bersama. Ingat tidak hanya problem fisik yang membahayakan, tetapi problem mental juga perlu diperhatikan. Karena efeknya tak akan bisa kita duga, bahkan bisa jadi lebih fatal. 

(Nazila)

 

 

 

 

 

 

0 Komentar