![]() |
Kopdar Pengelolaan Media Lembaga Kemahasiswaan PTKI (Rabu/11/2023) di hotel Santika Premiere Tangerang Selatan. |
LPM Analisa- Akhir akhir
ini sering muncul kegelisahan moderasi beragama ditengah masyarakat. Kekhawatiran
tersebut berkaitan dengan banyaknya muncul gerakan radikalisme, ekstrimisme,
dan anarkisme dalam mendakwahkan islam. Salah satu sasaran dakwah adalah kader
pemuda yang masih lugu dan sedikit memiliki pengalaman keagamaan. Ajakan bagi
mereka untuk bergabung dalam aliran tersebut biasanya melalui suatu organisasi,
lingkup kampus, dan ajakan lain dengan memberi berbagai iming iming yang
menggiurkan.
Merespon hal
tersebut Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) menyelenggarakan acara Kopdar Pengelola Media Pers Mahasiswa Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam ( PTKI) yang
berlangsung selama tiga hari pada senin/11 sampai rabu/11 2023. Acara yang
dilaksanakan di Hotel Santika Premiere Bintaro ini diikuti oleh 52 lembaga Pers
Kemahasiswaan dari berbagai kota dan daerah.
Selaku pemateri
pertama Wibowo Prasetyo (Stafsus Kementerian Agama Bidang Media & Komunikasi
Publik) menyampaikan harapan kepada Mahasiwa Pers lembaga PTKI untuk dapat memperkuat tata kelola media agar
terindikasi dengan baik. Bukan sekedar menjadi lembaga yang mencerdaskan dan
membangun nalar kritis mahasiswa melalui tulisan. Tetapi juga mampu membangun
iklim demokrasi kampus, menjadi pers yang professional, sebagai control social dan pengerak
kebaikan dalam moderasi beragama.
Seiring dengan perkembangan digital yang semakin mudah diakses, tentunya berpengaruh besar terhadap cara berfikir
generasi muda dalam menyikapi perubahan. Mereka ada yang cenderung acuh dalam
memilah dan memilih arus informasi yang benar. Terdapat juga generasi muda yang
teralu terbuka dan cenderung liberal, menerima berbagai perubahan tanpa adanya
filterisasi nilai dan gagasan, sintetesis, sehingga terjebak pada
pemahaman yang ekstrem.
Banyak studi analisis yang mengkaji penyebab muda milenial begitu
mudah terpengaruh bahkan terpapar oleh paham ideologi radikal atau dapat berupa berita hoax. Salah satunya mengatakan
bahwa mereka belum memiliki dasar ilmu pengetahuan dan wawasan yang cukup
tentang kebangsaan dan keagamaan yang kuat. Di waktu yang sama, mereka juga
melihat dan mengkonsumsi wawasan dan informasi tersebut di dunia digital.
Sementara yang kita ketahui bahwa ruang digital sekarang ini lebih di dominasi
oleh situs dan konten hoax.
“Harapan kami Lembaga Pers Mahasiswa harus mampu menjadi penggerak kebaikan, dalam menyebarkan islam yang rohmatallil alamin, menggaungkan moderasi beragama, menumbuhkan toleransi dan menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan literasi digital.” tandas Wibowo. (Kamal.Red)
0 Komentar