Hai tuan, sudah lama bukan kita tak saling sapa. Masih ingatkah kau kepadaku? Gadis bermata sipit dengan senyum yang manis yang dulu sering kau ganggu. Kini ia telah berubah menjadi sosok yang angkuh dan tak percaya dengan dirinya sendiri. Lalu bagaimana denganmu tuan? Apakah kau masih tuan yang sama? Tak terasa sudah 5 tahun sejak kita berpisah.aku tak lagi mendengar kabar darimu.Bagaimana kabarmu sekarang tuan?
Lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi, dalam lima tahun itu kita pernah menjadi dua insan yang saling bertukar kabar, bertanya "sudah makan kah engkau hari ini?" Kalimat yang selalu kudengar Hampir setiap pagi. Lalu bagaimana dengan sekarang?. Semua sudah mulai terasa asing bukan.
Kau yang kukenal dulu. Bukanlah kau yang kukenal sekarang. Begitupun dengan ku tuan. Banyak hal yang telah terjadi hingga membuat gadis lugu seperti ku harus berubah menjadi sosok gadis urakan yang ditakuti banyak orang.
Separah itukah aku sekarang? Hanya karena sebuah janji yang kau ucap dan tak bisa kau tepati. Kau telah merubah jalan hidup seseorang yang lurus menjadi hilang arah. Apa kau tidak kasihan kepadaku tuan?.
Tentu saja tidak,karena rumput tetangga lebih hijau dibanding rumput sendiri. Benar kan tuan? Lalu, bagaimana dengan hatinya? Kau telah membuka hati seorang gadis yang bermimpi akan bersanding dengan mu. Tapi justru kini kau lukai hatinya dengan undangan yang kau beri. Harus terbuat dari apa lagi hati ini tuan???
Kau tau tuan? dulu Hari demi hari selalu ku itung berharap engkau datang melamar tetapi penantian itu sia-sia. Kau datang bukan untuk melamarku ,justru mengundangku ke acara pernikahanmu dengan temanku karib ku. Hati ini remuk rasanya menyaksikan kau bersanding dengan orang lain.
Ternyata penantian yang selama ini kulakukan hanya sebatas angin lewat bagimu. Bahkan janji Yang pernah kita buat di bawah pohon sengon hingga kuukir namamu dan namaku didalamnya. Semua itu percuma, kini kisah kita hanya sebatas sahabat yang tak bisa bersama dalam sebuah ikatan pernikahan.
Pena Biru
0 Komentar