Perempuan Dan Kesadaran Kemanusiaan

 

Identitas Buku

Judul Buku : Nalar Kritis Muslimah

Pengarang : Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

Tahun Terbit : 2020

Penerbit : Afkaruna

Jumlah Halaman : 223

ISBN : 978-623-90632-9-0

Seperti judulnya, buku ini berisi tentang hal-hal yang terjadi, dipikirkan serta dialami Muslimah dengan cara pandang kritis, cerdas, tajam, adil, gender yang disampaikan secara rinci oleh penulis. 

Buku ini adalah kumpulan tulisan mulai juni 2013 hingga februari 2020 yang diambil dari banyak peristiwa penting. Perhelatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia KUPI pada 25-27 April 2017 di Cirebon. Kedua, Ngaji Gender Islam KGI pada juni 2019 yang pada akhirnya menjadi proses menajamkan metode studi islam perspektif Keadilan Hakiki perempuan. 

Secara singkat perspektif ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengalaman perempuan dalam konsep keadilan, baik dalam kemaslahatan agama, kebijakan negara, maupun kearifan social. 

Islam dari Allah Swt  pasti bersifat adil dengan perempuan. Namun islam yang dipahami oleh manusia bisa adil, dan sebaliknya. Pemahaman atas islam sering melemahkan perempuan membuat mereka mengalami dilema. Dilema semacam ini hanya bisa dicegah dengan menumbuhkan kesadaran kritis. Misalnya dengan pertanyaan, mengapa pemahaman agama kerap maslahat bagi laki-laki, tetapi tidak bagi perempuan.?

Nalar Kritis Muslimah menjadi semakin penting seiring dengan menguatnya arus kontrovatisme agama. Arus yang sering kali dibarengi dengan pemahaman atas islam yang mempersulit pemenuhan kemaslahatan perempuan dengan baik.

Citra Perempuan Dalam Al-Qur’an 

Ketika Al-Qur’an menegaskan bahwa perempuan merupakan manusia, maka seorang laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi subjek kehidupan. Mereka sama-sama menghamba kepada Allah Swt, serta mengemban amanah kekhalifahan di bumi untuk mewujudkan kemaslahatan, termasuk dalam rumah tangga.

Dalam QS. Al-Hujurat (49): 13, Allah Swt menegaskan bahwa nilai manusia ditentukan berdasarkan ketakwaan, yaitu sejauh mana tauhidnya yang mampu melahirkan kemaslahatan seluas-luasnya pada mahluk. 

Rosulullah Saw juga mengingatkan pada kita bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Jadi, salah satu ciri orang yang bertakwa adalah hidupnya bermanfaat begitu juga ciri perempuan yang bertakwa. 

Jati Diri Perempuan dalam Islam

Perempuan juga manusia. Sejarah Panjang umat diwarnai dengan kesadaran bahwa perempuan bukan manusia, sehingga perempuan diperlakukan tidak manusiawi hanya karena dia perempuan. 

Sebagaimana dalam Al-Quran, islam datang di masyarakat memperlakukan perempuan seperti benda dan harta. Misalnya, perempuan ketika lahir sebagai bayi, dikubur hidup-hidup karana dia perempuan. Mereka dijadikan hadiah, jaminan, dan diwariskan. Ini adalah contoh masyarakat arab sebelum datangnya islam dan juga di berbagai belahan bumi lainya. 

Setelah datangnya islam, maka tauhid merubah relasi ini. Perempuan tidak boleh diperlakukan sebagai hamba oleh laki-laki, dan laki-laki tidak boleh memperlakukan perempuan seperti hamba. Laki-laki dan perempuan di dalam islam memiliki kewajiban untuk mewujudkan kemaslahatan baik dalam keluarga, masyarakat, negara dan sistem social. 

Jati diri perempuan sebagai manusia tidak berbeda dengan jati diri laki-laki sebagai manusia. Keduanya hanya ditentukan sejauh mana tauhid dan keimanan dapat mewujudkan kemaslahatan dan perilaku baik seluas-luasnya. 

Perempuan dan Kesadaran Kemanusiaan

Saat Rosulullah Saw hadir, sampai level manakah islam membangun kesadaran kemanusiaan perempuan, dan di level manakah manusia modern saat ini?

Pertama level terendah, manusia hanyalah laki-laki perempuan bukan manusia, sehingga diperlakukan tidak manusiawi.

Kedua level menegah, perempuan adalah manusia tetapi laki-laki menjadi standar kemanusiaan mereka. Kondisi dan pengalaman khas perempuan belum dianggap bagian dari kemanusiaan perempuan. Misalnya, problem pemerkosaan yang menimpa perempuan belum dianggap sebagai problem kemanusiaan, itu hanyalah problem keperempuanan.

Ketiga level tertingi, perempuan adalah manusia seutuhnya seperti laki-laki. Standar keduanya sama. 1400 tahun lalu, islam sudah membangun kesadaran kemanusiaan perempuan dari level terendah sampai tertinggi (perempuan sebagai manusia sepenuhnya).

Inilah ajaran islam tentang kemanusiaan perempuan seutuhnya, terlalu modern saat hadirnya 1400 tahun silam, dan ternyata sampai sekarang juga. 

Kelebihan dan Kekurangan Buku

Buku ini sangat mudah difahami oleh orang awam sekali pun karena bahasanya tidak ndakik-ndakik, begitu rapi dan sederhana. Selaras dengan semangat penulis dalam berdakwah membumikan pesan keadilan dalam al-Qur’an. 

Faktor lain yang membuat buku ini bisa dikonsumsi siapa pun tanpa harus “memukau nalar” atau “mengguncang iman” adalah tidak banyak bertebaran ayat, hadis dan literasi Arab lainnya.

Ada beberapa pengulangan pembahasan seperti; 5 pengalaman secara biologis atau sosial perempuan, pembahasan tentang tingkatan bahasa di beberapa daerah tertentu, juga pembahasan tentang fungsi manusia sebagai khalifah fil ardh. Namun pengulangan pembahasan dalam beberapa tema yang berbeda sangat diperlukan untuk pendalaman kajian tentang eksistensi perempuan dalam Islam.

Semoga semakin banyak lagi pemikiran-pemikiran cemerlang dari Doktor Nur Rofiah yang dibukukan sehingga menambah khazanah literasi Islam di Indonesia. 

Dr. Nur Rofi’ah, Bil.Uzm. Memberikan pembaca pengetahuan yang mencengangkan. Banyaknya isu-isu perempuan yang kontroversial dibahas secara cerdas dan kritis.

Buku ini akan menjadi sumber pengetahun baru untuk membangun relasi ketuhanan dan kemanusiaan yang lebih adil, setara dan beradab. Pada bagian akhir buku ini terdapat sepihan renungan yang penuh dengan hikmah.

0 Komentar