![]() |
Foto: Istimewa |
Jika
kau membuat rencana untuk setahun, tanamlah padi. Jika kau membuat rencana
untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon. Jika kau membuat rencana untuk seumur
hidup, didiklah manusia. Pepatah Cina.
Mengajar
adalah pilihan, tulisan ini berawal dari cerita tentang kebimbangan penulis
saat memilih jurusan kuliah tepat saat pandemic lalu dan pada akhirnya
menjatuhkan hati pada dunia Pendidikan yaitu Pendidkan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
(PGMI).
Sebelum
kita membahas lebih jauh, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dulu apa
maksud dari mengajar itu sendiri. Dalam prespektif agama, mengajar merupakan
manifestasi ibadah atas amanah yang dititipkan Allah SWT kepada seorang guru. Mengajar
adalah menyebarluaskan ilmu yang dimiliki kepada orang lain, inilah perintah
agama kita. Seseorang yang mengetahui
satu ilmu mempunyai tanggungjawab untuk mengamalkannya / nasyrul ilmi entah itu amal untuk diri sendiri dan menyebarluaskan
kepada orang lain lewat mengajar.
Memilih
profesi sebagai guru, kuliah di jurusan Pendidikan adalah pilihan bagi sebagian
orang. Karena pada dasarnya setiapa manusia yang terlahir di dunia memiliki
bakat dan kecerdasan masing- masing. Panggilan hidup salah satunya dapat
diaktualisasikan melalui profesi, memilih
untuk menjadi guru atau berbagai macam profesi lain.
Gurulah
yang mengajarkan kita untuk berikir dan menjadi pribadi berkarater. Ubahlah
pikiranmu dan kau akan mengubah duniamu. Sumber penyakit pun banyak datang dari
kesalahan pola pikir, maka dalam melakukan pengobatan obatilah dulu pikiran.
Seperti halnya pensil yang tajam maka akan membuat tulisan kita tajam. Akal
yang tajam akan membuat seseorang membuat keputusan tajam. Al hasil, karena
sosok guru kita dapat menjadi orang yang faham untuk bagaimana berpikir benar,
berkata benar, berbuat benar, dan berkarakter benar.
Guru
yang menggugah kesadaran kita untuk bagaimana sadar dan mencari potensi
terpendam. Pada akhirnya kita menemukan kesadaran dari semua pendidikan yang
telah kita lalui. Mereka meginspirasi peserta didik untuk bercita-cita,
sekurang-kuranya seperti guru kita atau bahkan lebih. Dalam satu hadits Rosulullah
SAW bersabda, “Khairunnas anfa’uhum linnas” yang artinya sebaik baik
manusia ialah yang bermanfaat bagi sesama. Dalam kesempatan lain beliau juga
bersabda yang artinya bahwa sebaik baik manusia adalah yang panjang umurnya dan
baik amalnya. Kemudian salah satu alternative untuk menjadi pribadi manfaat
adalah menjadi guru, pembelajar sepanjang waktu, baik dalam pendidikan formal,
non formal, maupun informal.
Menjadi
guru seharusnya merupakan panggilan jiwa tanpa perlu berpikir seberapa besar
imbalan yang didapatkan. Guru yang baik akan memandang bahwa mengajar adalah
profesi pilihan untuk mengabdi pada kemanusiaan. Bayangkan saja ketika tidak
ada guru dari guru-guru kita. Sudah seperti apa hidup ini?, jika tidak ada orang
yang mereka ajar, buku atau kitab yang ditulis, dibukukan dan diterjemahkan.
Mungkin kita akan menjadi orang yang hilang arah, tidak ada petunjuk, terombang
ambing ditengah gempuran teknologi dan informasi yang kian merebak.
Menjadi
guru di era digital dipandang sebagai bagian dari proses ibadah itu sendiri. Jadi
tidak perlu diragukan lagi menjadi seorang guru/pendidik di era disrupsi adalah
menguatkan karakter pribadi pendidik itu sendiri. Itulah yang paling utama. Seorang
guru harus mengutamakan akhlak, mendidik dengan etika, karena kalau hanya
sekedar mentransfer materi, maka google dan berbagai online class bisa
melakukannya. Walaupun realita menunjukkan banyak sekali materi yang
dipublikasikan di media.Tapi peran seorang guru alias teladan harus tetap dipertahankan.
Jika
mengajar adalah sebuah profesi pilihan karena panggilan jiwa, maka sebagai
seorang guru harus menjalankan profesi dengan itikad baik dan penuh
tanggungjawab. Menjadikan profesi sebagai media dakwah menanamkan kebaikan.
Menjadi guru pembelajar dengan selalu mengembangkan kualitas. Karena kesadaraan untuk menjalankan profesi
akan berdampak pada etos kerja yang baik dan komitmen tiggi pada pengabdian dan
akan merasakan kepuasaan makna yang tidak dapat didefinisikan. Pekerjaan tidak
akan menjadi beban, tetapi sebuah pengalaman hidup yang akan berdampak pada
pola pikir, pola kemanusiaan dan akan selalu menghargai kemanusiaan. Karena
menjadi manusia itu memang takdir, tapi menjaga kemanusiaan kita adalah
pilihan. Pilih apa yang menjadi keinginanmu, bermanfaatlah dengan pilihanmu,
profesimu, amanahlah dalam tanggungjawabmu, dan jangan pernah berhenti belajar.
Mengajar
adalah pilihan!!! Begitu juga dengan menjadi seorang guru. Jika itu pilihan
saya, kalian dan orang yang membaca tulisan ini. Kalian tidak perlu ragu,
karena semua profesi perlu seorang guru. Menjadi guru itu mulia, peluang untuk memanfaatkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk beramal.
Oleh: Hikmah Lailatul K
0 Komentar