![]() |
Suasana kajian kitab KH. Asnawi Rahmat bersama santri Al-Roudlah Kajen. |
Banyak orang tua yang menganggap apabila putra-putrinya lulus madrasah aliyah dirasa sudah bisa membaur dengan masyarakat. Orang tua mengira bahwa putra-putrinya sudah siap memimpin tahlilan, berjanjenan, dll. Tapi pada kenyataannya putra-putrinya belum siap secara mental dalam membaur di tengah-tengah masyarakat.
Meski di pesantren para santri sudah di bekali ilmu-ilmu agama dan ilmu lainnya, bahkan juga diajarkan tentang kedisiplinan, juga kemandirian, namun hal itu belum menjadi jaminan bagi santri siap terjun menjadi panutan yang baik bagi masyarakat.
Apalagi pesantren satu dengan pesantren lainnya mempunyai metode yang berbeda-beda dalam mendidik para santri. Pesantren tak mengenal batasan usia, dari anak kecil hingga orang tua pun bisa menimba ilmu di pesantren.
Bekal untuk para santri di tengah masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi membawa implikasi terhadap perubahan sosial dan munculnya segudang persoalan. Ditambah menjadikan dakwah harus relevan dan kontekstual.
Berdasarkan sebagian kecil persoalan tersebut, Pengurus Pesantren Al-Roudlah Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, KH Asnawi Rahmat menawarkan solusi dengan mewujudkan Progam Pendidikan Kader Penggerak Masyarakat (PKPM). Semua itu disesuaikan dengan perubahan, perkembangan, kemajuan dan kondisi riil di lapangan yang saat ini sudah diantisipasi.
PKPM juga mencanangkan program melatih sekaligus meningkatkan pengalaman para alumni madrasah aliyah yang bingung untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Entah itu di perguruan tinggi atau pun program hafiz.
Kegiatan yang ditawarkan PKPM pun beragam mulai dari pidato, ilmu dakwah, Cosmic Intelegence dan masih banyak lagi. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat melatih skill komunikasi santri. Sebagai contoh, saat pulang ke kampung halaman santri diminta membacakan sambutan dalam sebuah acara, misalnya.
"Pendidikan itu penting, tapi komunikasi di masyarakat juga tidak kalah penting untuk dikembangkan. Karena jika sudah mulai terjun ke masyarakat skill yang kita bawa bukan hanya sekedar ilmu yang formal saja. Tetapi juga dengan cara penyampaian yang mudah dipahami, dan juga mudah dicerna oleh orang lain,” terang Kiai Asnawi saat ditemui di kediamannya di Desa Kajen, 2 Juli 2022 lalu.
Selain itu, PKPM juga mempunyai program pembelajaran ilmu komunikasi, ilmu antropologi, ilmu teknologi, ilmu dakwah dan ilmu-ilmu agama sebagai bekal pemahaman akan Aswaja yang nantinya ada 6 point pokok yang akan ditempuh selama 2 semester dan langsung praktik di lapangan.
“Ada yang praktek mengajar madrasah diniyyah jadi imam rawatib, memimpin berjanjenan dan yasinan. Jadi sambil belajar, sambil duduk dibangku kuliah bisa praktik di lapangan dan itu akan efektif daripada teori melulu tanpa adanya praktek,” kata Kiai Asnawi.
Kiai Asnawi juga mengkritisi keilmuan para santri dari sisi praktik yang sangat minim. Ia mencontohkan tentang tata cara wudu jika dipraktikkan bisa saja keliru. Jika kekeliruan dibiarkan, maka sampai tingkatan madrasah aliyah pun cara wudunya belum tentu benar.
“Belum lagi penataan sholat sampai manasik.Tanpa adanya praktik maka semuanya akan repot apalagi yang terkait ibadah yang setiap hari yang kita jalani,” pungkas Kiai Asnawi. (Syarifatun Sa’adah/Risqi Aditia Pratama/ Meyna Fauziya/Fatimatuzzahro)
0 Komentar