![]() |
Anggota LPM Analisa bersama KH. Asnawi Rahmat Pengasuh Pesantren Al-Roudloh Kajen, Sabtu (02/07/2022). |
Pengasuh Pesantren Al-Roudloh Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati tersebut lebih memilih menawarkan program-program yang telah dicanangkan RMI kepada pesantren-pesantren binaannya daripada memaksa atau mewajibkan harus dijalankan.
Dalam pengertian yang lain, progam-progam untuk pesantren yang dinaunginya tidak serta-merta sebagai intruksi, melainkan hanya sebagai saran dan ajakan.
Hal ini mengingat setiap pesantren memiliki pengasuh yang lebih berwenang menjalankan visi misi pesantrennya tanpa adanya paksaan dari pihak luar.
“Kita gak ikut membantu, gak ikut bikin gedung, kok ujuk-ujuk ngatur-ngatur pesantren, apalagi intervensi kan enggak, kita cuma menawarkan program,” tutur KH Asnawi Rahmat.
Maka dari itu RMI tidak mempunyai hak untuk mengintervensi pondok pesantren. Namun semua pesantren tetap di bawah binaan RMI dan berada dalam satu paguyuban RMI, sehingga mudah dalam menjalin komunikasi.
RMI sebagai pihak yang paling berkompeten dalam mengkoordinir lembaga pendidikan pesantren turut membantu perkembangan pesantren. Seperti halnya dalam peningkatan ilmu-ilmu sosial.
“Saya melihat ketika pesantren ketinggalan, dalam arti kurang disiplin dan administrasinya kurang, kemudian kami melakukan penataan waktu itu 1994 sampai 2014,” tutur Kiai Asnawi.
Dengan usaha tersebut, kini program-program ilmiah, bahtsul masail, dan kajian ilmu-ilmu sosial sudah berjalan di pesantren.
“Jadi sudah menjadi hal yang lumrah jika ada santri menanam bibit dengan bekerja sama dengan perhutani. Sehingga anak santri ngertinan dan tidak ketinggalan zaman,” terang Kiai Asnawi.
Dari sini tampak bahwa dalam menyukseskan program RMI, Kiai Asnawi juga menggunakan pendekatan dengan sowan para pengasuh maupun kepada pihak-pihak otoritas terkait.
“Dulu ketika saya masih menjadi ketua RMI, dari Pati selatan ke Pati Utara itu saya bekerja sama mencari partner birokrasi. “Pak saya mau bikin seminar lingkungan hidup”, ya mungkin akan terlihat aneh karena anak santri kok diajak membahas lingkungan hidup/ membahas perhutanan,” tutur beliau.
Menurutnya, tidak semua santri menjadi kiai Ada yang menjadi tukang sayur, pedagang, tukang batu, dll. Meski demikian, menurutnya Kiai Asnawi, santri itu mempunyai mental yang kuat.
“Kita itu tidak mencari pekerjaan tapi menciptakan pekerjaan. Contoh kita bikin konveksi menjahit, akhirnya berkembang menjadi besar dan mengajak teman-teman yang nganggur untuk bisa bekerja disana. Dari itu kita bisa menciptakan pekerjaan untuk orang lain bukan kita yang mencari pekerjaan,” katanya.
Kiai Asnawi berpesan kepada para santri agar menanamkan jiwa kemandirian dalam hal apa saja diantaranya ekonomi kehidupan-kemasyarakatan serta tidak tamak. (Risqi Aditia Pratama)
0 Komentar