Membangun Lingkungan Menulis

 

MENULIS satu kata yang menjadi hobi saya semenjak menjadi mahasiswa. Terbiasa membuat makalah, esai dan tugas lainya membuat menulis tidak terpisahkan dari hari-hari kuliah.

Pada awal semester saya sangat kepo dengan Menulis, apa sih pentingnya ?mengapa harus menulis ?  bukankah lebih baik tinggal presentasi saja ?. Sampai akhirnya saya menemukan bahwa menulis merupakan hal urgen yang harus di kuasai. Bagaimana tidak, sedari sekolah dasar kita telah belajar tentang membaca dan menulis. Masa sekarang adalah masa pengembangan. Bagaimana dapat menyampaikan gagasan lewat tulisan, karena menulis adalah karya untuk keabadian.

Bagi saya menulis adalah berbicara dalam keheningan, menyampaikan dengan alunan perasaan, menuliskan satu persatu kata menjadi teks sederhana. Memberikan manfaat dari tulisan yang kita buat. Itulah prinsip yang saya terapkan dalam dunia menulis. Selain itu, menulis juga membutuhkan ketekunan, menulis apa pun sesuai minat kita. Bisa berupa cerpen, puisi, motivasi, biografi, artikel ilmiah, resensi. Terutama skripsi dan desertasi sebagai kewajiban seorang akademisi.

Menulis adalah sarana mencintai diri sendiri. Namun bagi sebagian orang yang tidak terbiasa, menulis adalah siksaan dan sesuatu yang membosankan. Hal itu juga pernah saya alami saat akan meludahkan gagasan lewat tulisan. Diantaranya adalah rasa MALAS  yang sangat memberatkan.  

Dalam dunia kepenulisan selain membaca, tekun mencari ide dan cinta. Lingkungan sangatlah berpengaruh. Minat manulis serta membaca terkadang turun drastis karena lingkungan. Mungkin juga karena niat saya yang kurang kokoh.

Di sela-sela kegiatan, saya mencari buku tentang menulis entah itu lewat Instagram atau dengan membuat blogger. Sampai akhirnya, saya menemukan akun Belajar Menulis Online, semua orang dapat menulis karya. Belajar bersama teman teman yang smart dan produktif menulis. Pada akhirnya jiwa menulis saya semakin hidup walau pun jika dikalkulasikan masih rendah, tapi ini adalah awal yang baik.

Begitu melihat proses penerbitan buku. Saya merasa bahagia tiada henti. Saya dapat menulis dan mengirimkan karya. Semoga ini menjadi langkah awal produktifitas menulis. Inilah lingkungan baru saya walau tidak dapat bertatap muka  atau face to face, tapi saya merasa terbantu untuk terus menorehkan coretan karya lewat tulisan.

Dari cerita yang saya sampaikan, lingkungan telah membuka jalan bagi saya, mendapat pengalaman baru, ilmu baru dan semangat yang semakin menggebu-gebu. Mengkikis rasa malas adalah tantangan bagi diri sendiri. "Yang penting teruslah menulis" karena tulisan itu rekam jejak, jika kamu tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis.

Syarat untuk menulis ada tiga yaitu: menulis, menulis, dan menulis." (Kuntowijoyo). 

*Malka 



0 Komentar