Tradisi Lamporan Desa Pangonan
Kota Pati memiliki beragam budaya unik yang patut untuk dibanggakan. Sebab, kebudayaan maupun tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang, memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Salah satunya adalah budaya Lamporan yang ada di Desa Pangonan. Harto selaku penanggungjawab acara lamporan Art Fun, menjelaskan, acara lamporan selalu dilaksanakan setiap jum'at wage. Di mana pada awalnya tradisi ini merupakan perwujudan tolak balak terhadap hal-hal negatif yang bisa membahayakan warga.
Menurut sejarah, tradisi lamporan ada dengan tujuan untuk mengusir hewan buas dengan api sebagaimana yang kita ketahui, lamporan identik dengan asap yang diyakini oleh masyarakat terdahulu memiliki efek-efek tertentu, diantaranya yaitu bertujuan untuk mengusir penyakit-penyakit seperti kutu pada hewan dan lain-lain.
Dijelaskan, peserta lamporan yaitu warga desa yang memiliki hewan peliharaan berupa sapi. "hal inilah yang menyebabkan awal mulai tempat ini dinamai Pangonan, yang kalo diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu "tempat menggembala" Karena zaman dahulu banyak yang menggembala sapi. Namun warga yang lain yang tidak memiliki sapi boleh ikut dalam tradisi lamporan ini". Ujar harto.
Lamporan dilakukan tujuh hari. Malam penutupan lamporan dengan mengelilingi desa dengan jarak kisaran 2,6 KM. agar desanya aman dan sejahtera. Lamporan boleh dilakukan oleh kaum wanita. Namun pada umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki. Acara adat pada acara lamporan yaitu keliling desa dan Bari'an. Namun ada kegiatan tambahan seperti tanam pohon, teater dan lapak baca guna menunjang acara lamporan tersebut agar lebih ramai.
Ciri khas lamporan yang ada Pangonan diantaranya, orang berjalan dengan membawa obor dan kentongan. Kemudian ada hal wajib yaitu barongan dan gong pencak. "Kegiatan lamporan setiap tahunnya sama, hanya saja semakin tahun rutenya semakin pendek". Ucap Harto.
(Umi Khoiriyah)
0 Komentar